29
Jul
08

JUDI YANG MENG-ATASNAMA-KAN ENTERTAINMENT

Masih ingatkah anda dengan lirik ini :

“Menuju puncak.. Gemilang di hati..”

atau

“Dan Bila.. Aku berdiri… Tegar..”

atau

“Jadilah Bintang..!!! ”

Lirik lagu tersebut merupakan, lirik-lirik acara talent show yang telah marak di kancah pertelevisian Indonesia..

Pertanyaannya sekarang adalah, Apakah acara tersebut memberi dampak positif bagi masyarakat? kalau ya.. Silahkan diteruskan, tapi jika tidak, maka saya sarankan untuk memberhentikan program-program seperti itu..!!!

Mari kita berpikir sejenak! Proses seleksi talent show seperti itu tidaklah simpel, perlu waktu yang lama untuk proses seleksi. Dalam proses ini, apakah para peserta tidak memikirkan hal ini? Para peserta dituntuk untuk mengantri bermeter-meter (bahkan kalau mungkin hingga berkilometer) Tentu saja dengan antrian yang panjang, waktu mereka akan habis terbuang. Banyak waktu yang mereka buang percuma.. Lalu apakah mereka tidak memikirkan kuliah/sekolahnya? Ataukah mereka telah “pasrah” dengan aktivitas kulih/sekolahnya ?

Masih tentang proses seleksi, para peserta yang telah terdaftar, nantinya akan di uji kelayakannya oleh dewan juri satu persatu.. Setelah itu hasil seleksi diumumkan. Dan hasilnya, mungkin 10 diantara ribuan (kalkulasinya, antrian tiap 1 meter ada 3 orang, panjang antrian = 1 km = 1000 meter. 1000 x 3 = 3000 pendaftar untuk hari pertama) pendaftar. Peluangnya hanya 1/100 saja!!! Dengan peluang sekecil itu, tentu saja kesempatan yang mereka raih juga semakin sedikit.

Lalu,setelah membaca hasil pengumuman dari dewan juri, campur aduk ekspresi muli ditampakkan. Kalau keterima, ada yang jingkrak2 seperti telah menemukan harta karun, ada yang Sujud syukur (baguslah kalau ada), ada yang berpelukan, adapula yang menjerit histeris bagaikan orang yang sedang ditikam kesakitan… Padahal, nasib mereka belumlah tentu beruntung, masih ada tetek-bengek yang lain… Naaahh, kalau yang ditolak, ada yang nangis tersedu-sedu (seperti habis ditinggal mati orangtuanya), ada yang bengong meratapi nasibnya, dan masih banyak lagi ekspresi yang lain..

Alhamdulillah dapet info bagus dari temen niih, semoga bermanfaat.saya dapat dari
milist yang saya ikuti(kutipan asli)

Dua hari yang lalu gw ketemu dengan salah seorang AFI (Akademi Fantasi
Indosiar). Selain lepas kangen (he..he) gw juga dapat cerita seru dari
kehidupan mereka. Di balik image mereka yang gemerlap saat manggung
atau ketika nongol di teve, kehidupan artis AFI sangat memprihatinkan.
Banyak di antara mereka yang hidup terlilit utang ratusan juta rupiah.
Pasalnya, orang tua mereka ngutang ke sana-sini buat menggenjot sms
putera-puteri mereka. Bisa dipastikan tidak ada satu pun kemenangan
AFI itu yang berasal dari pilihan publik. Kemenangan mereka ditentukan
seberapa besar orang tua mereka anggup menghabiskan uang untuk sms.
Orang tua Alfin dan Bojes abis 1 M. Namun mereka orang kaya, biarin aja.

Yang kasian mah, yang kaga punya duit. Fibri (AFI 005) yang
tereliminasi di minggu-minggu awal kini punya utang 250 juta. Dia
sekarang hidup di sebuah kos sederhana di depan Indosiar. Kosnya emang
sedikit mahal RP 500..000. Namun itu dipilih karena pertimbangan hemat
ongkos transportasi. Kos itu sederhana (masih bagusan kos gw gitu
loh), bahkan kamar mandi pun di luar. Makannya sekali sehari. Makan
dua kali sehari sudah mewah buat Fibri. Kaga ada dugem dan kehidupan
glamor, lha makan aja susah.

Ada banyak yang seperti Fibri. Sebut saja intan, Nana, Yuke, Eki, dll.

Mereka teikat kontrak ekslusif dengan manajemen Indosiar. Jadi, kaga
bisa cari job di luar Indosiar. Bayaran di Indonesiar sangat kecil. Lagian
pembagian job manggung sangat tidak adil. Beberapa artis AFI seperti
Jovita dan Pasya kebanjiran job, sementara yang lain kaga dapat/jarang
dapat
job. Maklum artisnya sudah kebanyakan. Makanya buat makan aja mereka
susah. Temen gw malah sering dijadiin tempat buat minjem duit. Minjemnya
bahkan cuma Rp 100.000. Buat makan gitu loh. Mereka ga berani minjem
banyak karena takut ga bisa bayar.

Ini benar-benar proyek yang tidak manusiawi. Para orang tua dan anak
Indonesia dijanjikan ketenaran dan kekayaan lewat sebuah ajang adu
bakat di televisi. Mereka dikontrak ekslusif selama dua tahun oleh
Indosiar. Namun tidak ada jaminan hidup sama sekali. Mereka hanya
dibayar kalo ada manggung. Itu pun kecil sekali, dan tidak menentu.
Buruh pabrik yang gajinya Rp 900.000 jauh lebih sejahtera daripada mereka.

Nah acara ini dan acara sejenis masih banyak, Pildacil juga begitu.
Kasian orang tua dan anak yang rela antre berjam-jam untuk sebuah penipuan
seperti ini. Seorang anak pernah menangis tersedu-sedu saat tidak
lolos dalam
audisi AFI. Padahal dia beruntung. Kalau dia sampai masuk, bisa
dibayangkan
betapa dia akan membuat orang tuanya punya utang yang melilit
pinggang, yang tidak akan terbayar sampai kontraknya habis.

mungkin ada yang tertarik buat ngangkat cerita itu ke media anda? Gw
punya nomer kontak mereka. Gaya hidup mereka yang kontras dengan image
publik kayanya menarik untuk diangkat. Ini juga penting agar anak-anak dan
orang tua di Indonesia kaga tertipu lebih banyak lagi.

JUDI SMS MENGGILAAAA ……

Tiap stasiun televisi di Indonesia mempunyai acara kontes-kontesan.
Tengok saja misalnya AFI, Indonesian Idol, Penghuni Terakhir, KDI,
Putri Cantrik, dsb. Sejatinya, tujuan dari acara ini bukan mencari
bibit penyanyi terbaik. Acara ini hanya sebagai kedok. Bisnis
sebenarnya adalah SMS premium…

Bisnis ini sangat menggiurkan, lagi pula aman dari jeratan hukum —
setidaknya sampai saat ini. Mari kita hitung. Satu kali kirim SMS
iayanya –anggaplah- – Rp 2000. Uang dua ribu rupiah ini sekitar 60%
untuk penyelenggara SMS Center (Satelindo, Telkomsel, dsb). Sisanya
yang 40% untuk “bandar” (penyelenggara) SMS. Siapa saja bisa jadi
bandar, asal punya modal untuk sewa server yang terhubung ke Internet
nonstop 24 jam per hari dan membuat program aplikasinya. Jika dari
satu SMS ini “bandar” mendapat 40% (artinya sekitar Rp 800), maka jika
yang mengirimkan sebanyak 5% saja dari total penduduk Indonesia (Coba
anda hitung, dari 100 orang kawan anda, berapa yang punya handphone?
Saya yakin lebih dari 40%), maka bandar ini bisa meraup uang sebanyak
Rp 80.000.000.000 (baca: Delapan puluh milyar rupiah). Jika hadiah
yang diiming-imingkan adalah ? rumah senilai 1 milyar, itu
artinya bandar hanya perlu menyisihkan 1,25% dari keuntungan yang
diraupnya sebagai “biaya promosi”! Dan ingat, satu orang biasanya
tidak mengirimkan SMS hanya sekali. Masyarakat diminta mengirimkan SMS
sebanyak-banyaknya agar jagoannya tidak tersisih, dan “siapa tahu”
mendapat hadiah. Kata “siapa tahu” adalah untung-untungan, yang
mempertaruhkan pulsa handphone. Pulsa ini dibeli pakai uang.
Artinya : Kuis SMS adalah 100% judi.

Begitu menggiurkannya bisnis ini, sampai-sampai Nutrisari membuat
iklan yang saya pikir menyesatkan. Pemirsa televisi diminta menebak,
“buka” atau “sahur”, lalu jawabannya dikirim via SMS. Ada embel-embel
gratis.
Ada kata, “dapatkan handphone… ” Saya bilang ini menyesatkan, karena
pemirsa televisi bisa menyangka : “Dengan mengirimkan SMS ke nomor
sekian yang gratis (toll free), saya bisa mendapat handphone gratis”.

Kondisi ini sudah sangat menyedihkan. Bahkan sangat gawat. Lebih parah
daripada zaman Porkas atau SDSB. Jika dulu, orang untuk bisa berjudi
harus mendatangi agen, jika dulu zaman jahiliyah orang berjudi dengan
anak panah, sekarang orang bisa berjudi, hanya dengan beberapa ketukan
jari di pesawat handphone!

Tolong bantu sebarkan kampanye anti judi SMS ini.
Tanpa bantuan anda, kampanye ini akan meredup dan sia-sia belaka.


4 Tanggapan to “JUDI YANG MENG-ATASNAMA-KAN ENTERTAINMENT”


  1. 30 Juli 2008 pukul 2:37 am

    yah seperti itulah produk instant yang dihasilkan dari sebuah mekanisme yang hanya mengandalkan dukungan yang semuanya menuju ke uang…
    judi terselubung 😀

    Betul, sesuatu yang instan pasti punya banyak kekurangan… Mulai dari Mie instan sampai Pacar Instan. Hehehehe

  2. 31 Juli 2008 pukul 8:16 am

    SO…apakah BEM gak berniat bikin demo untuk ini?

    Kalau hanya BEM yang demo kurang diperhatikan, akan lebih bagus lagi kalau yang demo berasal dari semua golongan masyarakat, mulai dari Pejabat sampai Penjahat….

  3. 31 Juli 2008 pukul 11:47 pm

    hohoho…
    ud pernah baca nih di milis kampus…
    gw tau kok,,makany gw ga prnh vote…
    hehehe…
    gw cuma mang ngidolain mereka jd gw dukung mereka..
    tp doa aj gpp kan??
    hohoho…

    btw,,lam kenal yah..
    gmn kalo tukeran link?? ;))

    Bagus, kao gitu kamu belum tersesat dari Lingkaran Setan.. Tuker ink? With pleasure Miss…

  4. 8 Agustus 2008 pukul 1:07 pm

    benar benar adit yang ku kenal..

    kritis dan politis.

    🙂

    Hehehe.. hanya mengungkap fakta aja kok…


Tinggalkan komentar


Anda Pengunjung ke-

  • 59.973

Tanggal Hijriah

Juli 2008
S S R K J S M
 123456
78910111213
14151617181920
21222324252627
28293031  

Uang adalah Waktu

Arsip

ARTIKEL BIDANG

Statistik Pengunjung

free counters

Prakiraan Cuaca